Pages - Menu

Senin, 14 Februari 2011

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

  1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
    1. Pengertian Pembelajaran
Komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Melalui hal tersebut, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Melalui pembelajaran, maka guru dapat memahami tujuan dan arah pembelajaran itu sendiri, sehingga melalui tujuan yang jelas, bukan saja dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lainnya, akan tetapi juga dapat dijadikan kriteria efektifitas proses pembelajaran.

Gagne dalam Sanjaya (2008: 27) mengatakan bahwa
Why do we speak of instruction rather than teaching?It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any of these events.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dialami siswa. Pengalaman belajar siswa juga bisa didapatkan dari berbagai informasi seperti tulisan-tulisan, didapatkan dari gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar, dan juga bisa didapatkan dari siaran televisi atau gambaran atas gabungan beberapa objek secara fisik dimana guru akan memberikan arahan atau aturan untuk memandu siswa tersebut.
Sugiartini dalam Ristina (2009: 15) mengemukakan mengenai pembelajaran sebagai berikut.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistemik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan itu terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik (warga belajar) yang melakukan kegiatan belajar, dengan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Disimpulkan bahwa pembelajaran itu merupakan proses interaksi belajar mengajar antara kedua belah pihak, yaitu antara siswa dan guru guna terjadinya perubahan, pembentukan, dan diharapkan nantinya memiliki pola perilaku yang lebih baik ke depan. Pembelajaran juga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan yang merupakan keberhasilan guru dan siswa.
John Holtz dalam Silberman (2002: 5) mengemukakan bahwa belajar semakin baik jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut:
  1. Mengungkapkan informasi dengan bahasa mereka sendiri
  2. Memberikan contoh-contoh
  3. Mengenalnya dalam berbagai samara dan kondisi
  4. Melihat hubungan antara satu fakta atau gagasan dengan yang lain
  5. Menggunakannya dengan berbagai cara
  6. Memperkirakannya berapa konsekuensinya
  7. Mengungkapkan lawan atau kebalikannya
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa belajar akan semakin baik jika siswa dapat melaksanakan beberapa hal seperti bagaimana mereka dapat mengungkapkan informasi dengan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya, dapat memberikan contoh-contoh secara gamblang, memiliki berbagai informasi, dapat menjelaskan hubungan antara suatu fakta dengan gagasan yang ada, kemudian dapat menghubungkannya dengan hal-hal lainnya yang terjadi di masyarakat, dan kemudian siswa dapat mengkonstruksi hasil belajarnya.
Silberman (2002: xxvi) bahwa teknik-teknik pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran dirancang untuk bagaimana mendorong para peserta didik dengan lembut untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yang termasuk di dalamnya adalah:
  1. Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas) Petunjuk dari pengajar yang merangsang seluruh kelas.
  2. Class-discussion (diskusi kelas) Dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan utama.
  3. Question prompting (Cepatnya pertanyaan) Siswa meminta klarifikasi penjelasan.
  4. Collaborative learning (belajar dengan bekerja sama) Tugas-tugas dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
  5. Peer teaching (belajar dengan sebaya) Petunjuk diberikan oleh peserta didik.
  6. Independent learning (belajar mandiri) Aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara individual.
  7. Affective learning (belajar afektif) Aktivitas-aktivitas yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku mereka.
  8. Skill development (pengembangan keterampilan) Mempelajari dan mempraktikkan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non teknis.
Dengan demikian, pembelajaran dapat meliputi segala pengalaman yang diaplikasikan guru kepada siswanya. Makin intensif pengalaman yang dihayati peserta didik maka kualitas pembelajarannya pun semakin tinggi. Intensitas pengalaman belajar ini dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam proses belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar