Jumat, 11 Februari 2011

Persepsi Siswa Terhadap LUN

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN LATIHAN UJIAN NASIONAL (LUN) DALAM RANGKA PERSIAPAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (UN) SMA NEGERI DAN SWASTA DI SUB RAYON 017 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2006 – 2007

Oleh
Muhammad Mona Adha dan Hermi Yanzi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa peserta Ujian Nasional dalam mengikuti Latihan Ujian Nasional di Bandar Lampung pada Sub Rayon 017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif integratif, yaitu suatu metode yang berusaha mendeskripsikan kualitas pembelajaran dalam rangka persiapan pelaksanaan Ujian Nasional dengan indikator sebagai berikut: 1). Kebermaknaan Kegiatan LUN dalam rangka persiapan menghadapi UN, 2). Kebermaknaan materi yang dirancang dan 3). ketepatan waktu serta kemitraan yang dilakukan oleh pihak pengelola. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis persentase. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1). Sebesar 56 % siswa menyatakan adanya kontribusi yang besar dengan adanya LUN terhadap kesiapan menghadapi UN, 2). 52% siswa menyatakan muatan materi yang dirancang guru adanya korelasi dan mengacu ke standar kelulusan, 3). Selanjutnya 58% siswa menyatakan ketepatan waktu pelaksanaan dan kemitraan dianggap tepat dan mendukung pelaksanaan kegiatan LUN dalam mempersiapkan diri sebagai peserta Ujian Nasional.


Pendahuluan

Bangsa Indonesia saat ini tengah berada pada masa reformasi di segala bidang, yang antara lain tujuannya adalah membangun sistem kenegaraan yang demokratis, rekonstruktif tatanan nilai, integrasi bangsa. Begitupun dalam dunia pendidikan yang selalu inovatif dalam pengembangan pola pelayanan, proses dan yang tidak kalah pentingnya adalah lulusan berkualitas yang distandarkan secara nasional.
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, mengembangkan kahidupan masyarakat dan penyelanggaraan kehidupan yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Kebijaksanaan pembangunan antara lain diarahkan kepada pembinaan dan pelayanan terhadap anak-anak dalam wadah pendidikan secara meyeluruh dan merata. Sebagaimana yang termaktub pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Menusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan bagaikan cahaya penerang yang berusaha menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan dan makna kehidupan. Manusia sangat membutuhkan pendidikan melalaui proses penyadaran yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya melalaui proses belajar dalam keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan sebagai Hak Asasi setiap individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (3)-nya menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu, seluruh komponen baik orang tua, masyarakat maupun pemerintah bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Hal ini merupakan salah satu tujuan bangsa Indonesia yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 alenia ke IV.
Kualitas pendidikan terkait dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses belajar dan mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran secara bermakna. Sedangkan kualitas produk dapat dilihat dari performance peserta didik dari jenjang, jenis maupun jalur pendidikan.
Salah satu inovasi dalam dunia pendidikan adalah konsep kurikulum yang diterapkan di sekolah yang berubah, hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagai pengganti kurikulum 1994 suplemen 1999 adalah diberlakukannya kurikulum 2004 dengan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi dan di tahun ajaran 2006-2007 diberlakukan dengan sosialisasi kurikulum 2006 dengan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini jelas akan membawa perubahan paradigma baik berupa in put, proses, bahkan out put dalam hal ini kompetensi yang harus dicapai sebaga kriteria kelulusan dalam dunia pendidikan. Bahkan kompetensi dan keprofesionalan tenaga pendidikan dan kependidikan pun diarahkan untuk ketujuan itu.
Masalah tantang pemahaman konsep diberlakukannya dua kurikulum yang secara beurutan belum menemukan pemahaman yang mantap dan pas dengan maknanya, dunia pendidikan pun harus dihadapkan dengan sejumlah kriteria ketercapaian lulusan sebagai wujud nyata hasil pendidikan dengan diberlakukannya Standar Ketuntasan Lulusan yang dipayungi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ikut mewarnai dunia pendidikan saat ini.
Kita tidak dapat menutup mata bahwa hal di atas adalah bukanlah pekerjaan yang mudah namun bukan suatu hal yang tidak mungkin untuk diatasi atau dijalankan. Ini adalah tantangan kehidupan menuju manusia, masyarakat, bangsa bahkan negara Indonesia untuk berubah dan maju sehingga pada akhirnya menjadikan Indonesia bangsa yang bermartabat.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola pendidikan dalam hal ini sekolah dalam rangka mempersiap lulusannya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan oleh tuntutan kurikulum dan pemerintah, diantaranya sekolah melakukan try out secara berkelanjutan bekerjasama dengan lembaga bimbingan, mengadakan pangayaan materi, pemberian jam belajar yang ekstra yang pada akhirnya sampai pada tahap latihan ujian nasional disingkat LUN.
Latihan Ujian Nasional (LUN) merupakan salah satu ajang persiapan dalam rangka ujian nasional bagi siswa. Mereka dikondisikan persis sitausi pada saat ujian nasional. Pembinaan dan latihan yang dilakukan dengan maksimal tentunya akan membawa hasil yang maksimal pula secara idelanya. Pelaksanaan latihan ini pun ditujukan untuk itu.
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai penyebabnya diantaranya: tingkat kebermaknaan pembinaan dan latihan, lingkup isi materi dan kemitraan dalam pelaksanaan Latihan Ujian Nasional itu sendiri.
Mengingat luasnya permasalahan yang dapat diamati, maka penelitian ini membatasi pada masalah persepsi siswa terhadap keberadaan kegiatan latihan ujian nasional dalam rangka persiapan menghadapi unjian nasional di SMA Negeri dan Swasta sub rayon 017 Bandar Lampung.

E. Tijauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Persepsi
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan gambaran mengenai pengertian persepsi agar dapat menjelaskan permasalahan yang dibahas. Berikut ini beberapa pengertian tentang persepsi dari para ahli.
Menurut Bimo Walgito manyatakan bahwa “Persepsi adalah merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yang merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus melalaui alat reseptornya”. (Bimo Walgito, 1993:53)
Sedangkan Sarlito mengatakan bahwa “persepsi adalah untuk membeda-bedakan antara benda yang satu dengan yang lainnya, mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa serta dapat memfokuskannya pada suatu objek”.
Berdasarkan pendapat di atas, persepsi dapat ditarik kesimpulan sebagai tanggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi penginderaannya, lingkungan, pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan sehingga dapat memberikan makna sebagai hasil dari pengamatan.
Mar`at berpendapat mengenai persepsi sebagai berikut :
“Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi itu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu objek psikologik dengan kaca matanya sendiri yang diwarnai oleh nilai diri kepribadiannya. Sedangkan objek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut”. (Mar`at, 1991 : 22)

Persepsi terhadap suatu objek akan berbeda pada masing-masing individu tergantung pada pengalamannya, proses belajar, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuannya masing-masing individu tentang objek tersebut.
Hal ini sependapat dengan Irawanto yang menyatakan “persepsi bersifat subjektif karena bukan sekedar penginderaan, prestasi kita terhadap dunia nyata merupakan olahan semua informasi yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan pengalaman kita. Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu pandangan atau tanggapan individu terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar atau sosialisasi pengetahuan dan cakrwala individu tentang objek tertentu.
Seorang individu dapat mengadakan persepsi terhadap suatu objek apabila terpenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
  1. Perhatian, biasanya seseorang tidak akan menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya pada satu atau suatu objek saja. Perbedaan fokus akan menyebabkan perbedaan persepsi.
  2. Set, yaitu harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seorang pelari yang akan melakukan start terhadap set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat harus memulai.
  3. Kebutuhan, kabutuhan yang sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
  4. Sistem Nilai, sistem yang berlaku pada suatu masyarakat akan mempengaruhi pula pada persepsi.
  5. Ciri Kepribadian, misalnya A dan B bekerja di sebuah kantor, si A tokoh yang menakutkan, sedangkan B yang penuh percaya diri menganggap atasannya sebagai seseorang yang bisa diajak bergaul seperti yang lain.
  6. Gangguan kejiwaan, hal ini menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
(Sarlito: 1983:43-44)
Sedangkan persepsi seseorang terhadap sesuatu dapat pula dipengaruhi oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern, antara lain :
  1. Faktor pengalaman
  2. Faktor proses belajar (sosialisasi)
  3. Faktor cakrawala dan
  4. Faktor pengetahuan
(Mar`at, 1991:22)
Faktor pengalaman dan proses belajar (sosialisasi) memberikan bentuk struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan faktor pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut.
Penelitian ini membahas persepsi siswa terhadap keberadaan kegiatan latihan ujian nasional dalam rangka persiapan menghadapi ujian nasional di SMA Negeri dan Swasta sub rayon 017 Bandar Lampung.

2. Latihan Ujian Nasional LUN
Kualitas pendidikan terkait dengan kualitas proses dan produk. Kualitas proses dapat dicapai apabila proses belajar dan mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran secara bermakna. Sedangkan kualitas produk dapat dilihat dari performance peserta didik dari jenjang, jenis maupun jalur pendidikan.
Sub pertama kualitas proses dapat dicapai apabila proses belajar dan mengajar berlangsung secara efektif dan peserta didik dapat menghayati dan menjalani proses pembelajaran secara bermakna, hal ini menuntut kerja keras komponen sekolah untuk mebuat suasana yang menyenangkan bagi siswanya, memodifikasi kegiatan pembelajaran yang menarik.
Persiapan Ujian Nasional yang diselenggarakan serentak dan nasional menuntut kesiapan sekolah yang matang dalam mempersiapkan peserta didiknya yang akan menempuhnya. Sejalan dengan itulah berbagai upaya dilakukan oleh sekolah, upaya-upaya itu dapat meliputi :
  1. Memaksimalkan kegiatan proses belajar mengajar.
  2. Membentuk kelompok belajar siswa.
  3. Pembahasan materi secara berkelompok dan silang dengan pihak luar dalam hal ini lembaga bimbingan belajar.
  4. Berbagai uji kemampuan dalam membahas materi dan kedalaman pemahaman materi
  5. Pada puncaknya kegiatan persiapan ini diadakannya Latihan Ujian Nasional.
Latihan Ujian Nasional ini merupakan kegiatan terpadu antara materi dan sistem yang berlaku. Yang hasilnya dapat dianalisis peta kemampuan anak atau peserta didik yang selanjutnya diadakan tindak lanjut.
Di SMA Negeri maupun Swasta yang ada di kota Bandar Lampung saat ini melakukan Latihan Ujian Nasional sebanyak dua kali dengan pertimbangan kematangan anak atau kesiapan.
Adapun tata cara pelaksanaan distandarkan dengan petunjuk Ujian Nasional. Baik sistemnya maupun penganalisisan hasilnya. Yang kemudian menjadi agenda persiapan dan tindak lanjut sekolah terhadap kemantapan peserta dalam mengikuti Ujian Nasional yang tidak hanya lulus melaikan dengan kualitas yang tinggi.

3. Ujian Nasional
Ujian Nasional merupakan evaluasi tahap akhir bagi siswa yang akan menyelesaikan studinya di bangku Sekolah yang akan beralih jenjang ke perguruan tinggi atau bekerja.
Pelaksanaan dan sistem termasuk standar nilai ditetapkan secara nasional dengan melihat kompetensi pendidikan Indonesia dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu “…….mencerdaskan kehidupan bangsa…”(Pembukaan UUD 1945 alenia IV).
Ujian Nasional dilakukan secara objektif, berkeadilan dan akuntabel yang dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai kualitas pendidikan secara umum dengan penyusunan Standar Kompetensi Lulusan secara tepat, cermat dan akurat. Untuk mencapai tujuan lulusan yang berkualitas dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Peserta Ujian Nasional dinyatakan lulus Ujian Nasional jika memenuhi standar kelulusan dikutip dari Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006-2007 sebagai berikut :
  1. Memiliki nilai rata-rata minimum 5.00 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan tidak ada nilai di bawah 4.25 dan khusus untuk SMK nilai mata pelajar kompetensi kejuruan minimum 7.00 dan digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN.
  2. Memiliki nilai minimum 4.00 pada salah satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing minimum 6.00 dan khusus SMK nilai mata pelajaran kompetensi kejuruan minimum 7.00.

  1. Selanjutnya peserta didik dinyatakan lulus ujian sekoah/madrasah apabila memiliki rata-rata nilai minimum 6.00 dan nilai minimum setiap mata pelajaran ujian sekolah ditentukan olah masing-masing sekolah/madrasah. Satuan pendidikan dapat menentukan batas lulusan dengan nilai rata-rata di atas 6.00.
(Prosedur Operasi Standar (POS) UN Tahun Pelajaran 2006-2007)

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan mikro yang berarti menyoroti kualitas, kontribusi dan efektifitas pelaksanaan Latihan Ujian Nasional dalam rangka persiapan Ujian Nasional pada tingkat tertentu dan sasaran yang digunakan adalah bidang peningkatan hasil belajar, dalam hal ini lulusan pada tingkat satuan pendidikan. Melalui pendekatan ini dilakukan pengamatan terhadap parameter-parameter yang berbentuk keuletan dan ketangguhan serta kualitas interaksi pada lingkup tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif integratif, yaitu suatu metode yang berusaha mendeskripsikan kualitas pembelajaran dalam rangka persiapan pelaksanaan ujian nasional melalui persiapan terpadu dengan adanya program Latihan Ujian Nasional yang diadakan di sekolah.

2. Variabel Penelitian
(1) Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektifitas pelaksanaan Latihan Ujian Nasional dalam rangka pesiapan menghadapi Ujian Nasional yang berupa persepsi siswa. (X 1).
(2) Variabel Terikat
Tingkat kelulusan siswa pada Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri dan Swasta sub rayon 017 Bandar Lampung. (X 2).

3. Populasi dan Sampel
(1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri dan Swasta sub rayon 017 Bandar Lampung sebagai peserta Ujian Nasional
tahun pelajaran 2006-2007.
(2) Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah Quota Samples yaitu pengambilan unsur sampel secara sembarang sampai terpenuhi jumlah yang diinginkan dan sebelumnya sampel dibuat lapisan-lapisan terlebih dahulu. Atas dasar pertimbangan tersebut maka jumlah sampel yang ada adalah 100 orang siswa dari sekolah yang berada dalam sub rayon 17 Bandar Lampung.

4. Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai persepsi siswa terhadap keberadaan Latihan Ujian Nasional diambil menggunakan instrumen berupa angket, agar terpenuhi validitas dan reliabilitas intrumen kuesioner mutu yang digunakan, maka angket disusun berdasarkan rambu-rambu sesuai dengan indikator variabel. Berbentuk pilihan dengan pertanyaan/pernyataan dan masing masing jawaban mempunyai skor yang berbeda. Skor setiap item angket dapat diklasifikasikan menjadi: skor
Sangat Mendukung = 3, Mendukung = 2 dan Kurang Mendukung = 1.
Sebelum angket disebar kapada responden, angket terlebih dahulu diujicobakan kepada responden di luar sampel, untuk membuktikan ke validan dan reliabilitas angket. Untuk mengukur taraf Validitas angket digunakan rumus korelasi product momen, yaitu :

Keterangan :
Koefesien korelasi product momen
(Suharsimi Arikunto 1992 : 69)
Selanjutnya untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angket digunakan rumus Sperman Brown sebagai berikut:
Keterangan :
: koefisien korelasi seluruh item
: koefisien korelasi ganjil genap
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menurut Manase Malo
(1989 : 139) dapat dilihat pada indeks reliabelitas berikut ini:
0.09 – 1.00 : Reliabilitas Tinggi
0.50 – 0.89 : Reliabilitas Sedang
0.00 – 0.49 : Reliabilitas Rendah


5. Teknik Analisis Data
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan sifat penelitiannya expost facto data persepsi siswa terhadap pelaksanaan Latihan Ujian Nasional dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional diperoleh dengan penyebaran angket kepada siswa sebagai peserta Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006-2007.
Teknik analisis data yang dilakukan disajikan dalam bentuk tabel persentase kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu menginterpretasikan data yang telah disusun secara sistematis dan selanjutnya diambil kesimpulan. Analisis terhadap data diperoleh dengan menggunakan analisis persentase. Dengan rumus :
%
Keterangan :
P = Besarnya persentase
F = Jumlah alternatif jawaban dari semua butir
N = Jumlah Percontohan

Data yang terkumpul dilakukan penilaian dengan metode skor 3, 2 dan 1. klasifikasi persepsi siswa terhadap keberadaam kegiatan Latihan Ujian Nasional dalam rangka persiapan menghadapi ujian nasional yaitu Sangat Mendukung, Mendukung dan Kurang Mendukung. Adapun kriteria pengklasifikasian menggunakan kelas interval dengan rumus :

Keterangan :
I = Lebar kelas interval
R = Jarak interval
N = Jumlah kelas
(Sutrisno Hadi, 1991)

H. Hasil dan Pembahasan
1. Penyusunan Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket. Angket yang dipersiapkan adalah angket tertutup yang akan disebar kepada 30 responden sebanyak 14 pertanyaan dengan tiga alternatif jawaban.

2. Analisis Uji Coba Angket
a. Analisis uji coba validitas
Untuk uji coba validitas angket dilakukan kontrol langsung terhadap indikator. Setelah angket tersebut dinyatakan valid, maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.
b. Analisis Uji Coba Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas angket dalam penelitian ini maka diadakan uji coba angket kepada 10 orang responden. Uji coba angket dilakukan dengan cara belah dua, yaitu menggolongkan item yang bernomor ganjil dan item bernomor genap. Sedangkan menghitung koefisien reliabelitas antar item ganjil dan genap digunakan rumus product moment, kemudian diajukan rumus Sperman Brown untuk selanjutnya dihubungkan dengan kriteria reliabelitas. Sehingga didapat hasil sebagai berikut:
Tebel 3. Tabel Kerja Untuk Mencari Korelasi Antara Item Ganjil (X) dan
Genap (Y) Dari Uji Coba Angket 10 Orang Di Luar Responden


No. Resp
Item Ganjil X
Item Genap Y
X2
Y2
XY
1
17
19
289
361
323
2
18
19
324
361
324
3
18
17
324
289
306
4
20
18
400
324
360
5
18
18
324
324
324
6
20
16
400
256
320
7
15
13
225
169
195
8
14
13
196
169
182
9
12
11
144
121
132
10
15
14
225
196
210
JML
167
158
2851
2570
2676


Sumber : Pengolahan data primer
Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan rumus product moment dan selanjutnya diketahui koefisien reliabelitas seluruh item dengan menggunakan rumus Sperman Brown.
Dari hasil perhitungan diketahui rxy = 0,71 selanjutnya dikonsultasikan indeks reliabilitas 0.50 – 0.89 termasuk dalam kategori sedang dengan demikian angket tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006 – 2007 dapat dipergunakan untuk mengadakan penelitian atau memenuhi syarat.
3. Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data dengan angket, kemudian dibuat distribusi skor hasil angket dari masing-masing indikator tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung.
Berdasarkan distribusi hasil angket dari indikator kebermaknaan kegiatan LUN diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dari Indikator Kebermaknaan Kegiatan LUN


Kategori
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase
Tinggi
13 - 15
56
56 %
Sedang
10 - 12
35
35 %
Rendah
7 - 9
9
9 %
Jumlah
100
100 %


Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung tahun pelajaran 2006-2007 dari indikator kebermaknaan kegiatan menunjukkan 56 responden menjawab dalam ketegori interval tinggi yaitu antara 13-15 sehingga jika dipersentases sejumlah 56%, artinya ada kontribusi yang signifikan terhadap siswa dalam rangka persiapan mengahadapi ujian nasional.

Berdasarkan distribusi hasil angket dari indikator Isi Materi LUN diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dari Indikator Isi Materi LUN


Kategori
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase
Tinggi
13 - 15
35
35 %
Sedang
10 - 12
52
52 %
Rendah
7 - 9
13
13 %
Jumlah
100
100 %

Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung tahun pelajaran 2006-2007 dari indikator isi materi kegiatan LUN menunjukkan 52 responden menjawab dalam ketegori interval “sedang” yaitu antara 10-12 sehingga jika dipersentase sejumlah 52 %, artinya muatan materi yang dirancang oleh guru mata pelajaran perlu adanya evaluasi tentunya dengan mengacu pada standar kelulusan yang telah ditetapkan agar kebermaknaan kegiatan LUN dapat memenuhi harapan siswa, orang tua dan masyarakat luas.
Berdasarkan distribusi hasil angket dari indikator Waktu Pelaksanaan dan Kemitraan kegiatan LUN diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Dari Indikator Waktu Pelaksanaan dan Kemitraan
Kegiatan LUN


Kategori
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase
Tinggi
13 - 15
31
31 %
Sedang
10 - 12
58
58 %
Rendah
7 - 9
11
11 %
Jumlah
100
100 %


Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung tahun pelajaran 2006 – 2007 dari indikator Waktu Pelaksanaan dan Kemitraan kegiatan LUN menunjukkan 58 responden menjawab dalam ketegori interval Sedang yaitu antara 10 – 12 sehingga jika dipersentases sejumlah 58 %, artinya waktu pelaksanaan dan kemitraan pelaksanaan kegiatan LUN perlu adanya evaluasi.
Hal ini perlu dilakukan mengingat efisiensi waktu dan kemitraan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mengikuti Ujian Nasional nantinya. Karena ketepatan waktu dan kemitraan menentukan juga motivasi anak untuk belajar dalam hal ini mengikuti rangkaian kegiatan Latihan Ujian Nasional.

I. Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Dari hasil penelitian tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung tahun pelajaran 2006 – 2007 dapat disimpulkan bahwa keberadaan kegiatan Latihan Ujian Nasional dalam rangka persiapan menghadapi Ujian Nasional dapat memacu semangat siswa untuk aktif dalam mencari tambahan pengetahuan dalam hal mempersiapkan diri sebagai peserta ujian nasional.
Siswa memberikan persepsi positif terhadap keberadaan kegiatan Latihan Ujian Nasional, hal ini ditunjukkan dengan indikator sebagai berikut:
  1. Sebanyak 56 % siswa dalam sub rayon 017 menyatakan kegiatan Latihan Ujian Nasional bermakna bagi mereka terutama dalam usaha mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Dalam hal ini peneliti mengkategorikannya ke dalam kriteria “tinggi”
  2. Selanjutnya sebanyak 52 % siswa dalam sub rayon 017 menyatakan kandungan materi dalam kegiatan Latihan Ujian Nasional cukup mendukung persiapan Ujian Nasional. Dalam hal ini peneliti memasukkannya ke dalam kategori “sedang”.
  3. Dan sebanyak 58% siswa dalam sub rayon 017 menyatakan waktu pelaksanaan dan kemitraan yang dilakukan oleh pengelola Latihan Ujian Nasional dalam hal ini sekolah dianggap tepat. dalam hal ini peneliti masukkan dalam kategori “sedang”
Sebagai implikasi dari penelitian ini bahwa, dari segi kebermaknaan kegiatan Latihan Ujian Nasional siswa siswa memberikan respon positif. Hal ini tentunya membawa dampak yang positif pula sebagai modal awal keberhasilan kegiatan Latihan Ujian Nasional. Dalam usaha persiapan mengadapi Ujian N asional tentu tidak sedikit pula usaha yang dilakukan oleh siswa seperti: mengikuti bimbingan-bimbingan belajar bahkan tidak jarang pula siswa menghadirkan guru untuk datang kerumahnya. Tentunya dibalik ini semua orang tua juga memegang peran penting dalam usaha persiapan menghadapi Ujian Nasional.
Selanjutnya dari segi kandungan materi yang diajarkan dalam pelaksanaan Latihan Ujian Nasional siswa menyatakan cukup mendukung. Berkenaan dengan hal materi peneliti memberikan catatan penting bahwa: keberadaan materi yang dirancang oleh pengajar Latihan Ujian Nasional yang terkemas dalam setiap tatap muka jam tambahan perlu ditingkatkan. Pemerintah dalam hal BSNP telah menetapkan Standar Isi dan dalam usaha persiapan pelaksanaan Ujian Nasional pemerintah telah merumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebaiknya pengelola dalam hal ini guru menjadikannya pedoman dalam pencapaian kegiatan disetiap tatap muka. Selanjutnya perhatikan pula keluasan dan kedalaman materi yang diajarkan, hal ini dimaksudkan untuk menseimbangkan antar uaraian materi dalam SKL tersebut. Guru sebaiknya berpegang teguh, konsisten terhadap SKL jangan sampai terlalu jauh atau asyik dimateri tertentu dengan mengabaikan waktu yang sangat singkat. Disamping itu sebaiknya guru mengemas penjelasan seefektif mungkin terutama dalam materi eksakta jangan terlalu bertele-tele, siswa diajak memahamkan konsep, fakta, prinsip dan prosedur dari materi yang diajarkan. Sehingga penulis berasumsi akan sangat bermakna tatap muka yang sedemikian singkat itu jika guru memahami betul karakteristik materi dalam SKL yang telah ditetapkan.
Masalah waktu pelaksanaan dan kemitraan yang di rumuskan oleh pihak pengelola dalam hal ini sekolah. Umumnya saat ini sekolah menempatkan jadwal pelaksanaan jam tambahan (kegiatan Latihan Ujian Nasional) sepulang dari jam reguler, yaitu rata-rata pukul 13.30 WIB. Menurut hemat peneliti perlu diperhatikan juga jeda waktu siswa pulang dan siswa masuk kelas kembali di kelas, karena ini akan berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk mengikuti jam tambahan tersebut. Apakah siswa tidak tergesa-gesa mengatur waktu jika siswa dipulangkan pukul 12.00 WIB atau 13.00 WIB sementara harus masuk kembali pukul 13.30 WIB. Apakah cukup waktu istirahat, sholat, makan dan harus mempersiapkan masuk kembali. Inilah yang perlu menjadi perhatian dan tidak terlepas dari pemantauan pihak pengelola kondisi ini sehingga tudingan terhadap siswa bermotivasi rendah untuk mengikuti jam tambahan alias latihan ujian nasional tersebut.
Di lain pihak, guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan ini tidak dapat dijadikan tolok ukur serta merta penentu utama keberhasilan anak dalam mengikuti Latihan Ujian Nasional dengan indikator pada nantinya anak lulus Ujian Nasional. Bicara soal guru atau istilah lainnya tentunya tidak dapat lepas dari profesionalisme, bukan pada senioritas atau memiliki banyak pengalaman dibidangnya. Dalam usaha mempersiapkan siswa untuk Ujian Nasional tentunya banyak yang perlu dipersiapkan, sehingganya pihak pengelola Latihan Ujian Nasional perlu selektif dalam menempatkan strategi dan dalam hal ini perlu adanya pemetaan keunggulan masing-masing pengajar agar memberikan layanan kepada siswa tepat dan bermakna. Di sisi lain kemitraan perlu dibangun secara efektif, guna keberhasilan siswa. Pihak pengelola hendaknya juga melakukan sharing dengan lembaga pendidikan lain semperti pihak pengelola bimbingan belajar yang mandiri termasuk shering staf pengajarnya, hal ini dimaksudkan agar peta kekuatan yang dimiliki anak semakin baik. Semakin bervariasi metode dan strategi penyampaian materi yang diajarkan oleh guru membawa dampak positif bagi anak. Pengetahuan dan pengalaman anak akan kompleks.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bimo Walgito, 1993. Psikologi Sosial. Fakultas Psikologi UGM Jogyakarta.
Yogyakarta. 284 halaman.
Clara R. Pudjigogyanti. 1998. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Arcan. Jakarta.
99 halaman.
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Rineka Cipta.
Yogyakarta. 177 halaman.
Mardalis, 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.
Jakarta. 189 halaman.
Prosedur Operasional Standar (POS). Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006-2007.
Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta. 342 halaman.
Sutrisno Hadi, 1986. Metodologi Research. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta. 222 halaman.

0 comments: