Kamis, 09 Mei 2013

FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER (Chapter Report)



FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER
[Karya : Jujun S. Suriasumantri]
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,Tahun 2005

CHAPTER REPORT
Disusun Oleh:
MUHAMMAD MONA ADHA

Chapter report ini memberikan kontribusi dalam pemahaman dan mengkaji tentang bagian bab dari sebuah buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populerkarya Jujun S. Suriasumantri.
B A B I
PENDAHULUAN
Penalaran terbagi atas dua yaitu penalaran secara rasional dan penalaran secara empiris. Dari masing-masing penalaran ini sendiri memiliki pendukung tersendiri dengan teori yang dipegang dan ada alasannya dibalik dari apa yang menjadi penekanan akan penalaran itu sendiri.
Menalar akan selalu dilakukan oleh individu dalam rangka untuk mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Jadi kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran.
Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis bila ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Hal ini sering menimbulkan gejala apa yang dapat kita sebut sebagai kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak konsistennya kita dalam mempergunakan pola berpikir tertentu.
Penalaran bersifat analitik dari proses berpikirnya,yang disandarkan pada analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis yang bersangkutan berdasarkan langkah-langkah tertentu.
B A B II
ISI CHAPTER
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
(Penalaran, Logika, Sumber Pengetahuan, Kriteria Kebenaran)

2.1. Penalaran
Kemampuan menalar manusia ini, menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Seekor kera tahu mana buah jambu yang enak. Seorang anak tikus tahu mana kucing yang ganas. Anak tikus ini tentu saja diajari unduknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya. Hal inilah yang membedakannya dengan manusia.
Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan ; manusia memberikan makna kepada kehidupan ; manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya. Semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya ; dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Binatang mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar.
Sebagai contoh, instink binatang jauh lebih peka daripada manusia khususnya seorang insinyur geologi, bahwa binatang akan cepat menjauh dan berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tidak mampu menalar tentang gejala tersebut ; mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu terjadi.

2.1.1. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunya cirri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika, yang artinya tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya tersendiri atau berpiir logis. Kedua, adalah sifat analitik dari proses berpikirnya yang menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir.
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Contohnya adalah intuisi, dimana intuisi adalah kegiatan berpikir nonanalitik. Berikutnya wahyu, yang didapat lewat keyakinan (kepercayaan). Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran yang disebut paham empirisme.
Penalaran yang akan dikaji dalam studi ini adalah penalaran ilmiah, sebab usaha kita dalam mengembangkan kekuatan penalaran merupakan bagian dari usaha untuk meningkatkan mutu ilmu dan teknologi. Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme, sedangkan induktif dengan empirisme.

2.1.2. Logika dan Sumber Pengetahuan
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Deduksi adalah cara berpikir dimana suatu pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Deduktif menggunakan polanya yang disebut silogismus.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri pada rasio, dan kedua mendasarkan diri pada pengalaman.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret yang dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Masalah utama yang timbul dalam penyususnan pengetahuan secara empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan cenderung menjadi kumpulan fakta-fakta.
Hal ini membawa kepada dua masalah, pertama, sekiranya kita mengetahui dua fakta yang nyata. Kedua adalah mengenai hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan pancaindera sebagai alat yang menangkapnya
2.1.3. Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar. Paham lain adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespondensi, dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell (1872-1970). Bagi penganut teori ini maka suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
B A B III
ANALISIS
Kegiatan menalar memang tidak terlepas dari kegiatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Jujun S. Suriasumantri dalam buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa memang manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan untuk menunjang kehidupannya dan selalu menggunakan penalarannya.
Apa yang tercakup pada penulisan chapter report ini, dapat pula penulis paparkan pada bagian analisis berikut bahwa dalam penalaran yang dilakukan oleh manusia itu terbagi atas beberapa paham yang dianutnya. Ada paham rasionalisme, empirisme, koherensi, dan korespondensi. Penalaran yang bersifat rasionalisme didasarkan atas berpikir logika atau logis. Penalaran yang bersifat empirisme adalah penalaran yang didasarkan atas pengalaman atau kenyataan yang ditangkap oleh pancaindera manusia. Penalaran koherensi adalah penalaran yang bersifat berhubungan yang hampir sama dengan paham korespondensi.
Dalam konteks lain, sudut pandang manusia untuk menilai sebuah kebenaran itu berbeda-beda. Jadi manusia mempunyai penilaian atau sebuah persepsi yang berbeda dalam memahami atau mengerti tentang sebuah kebenaran. Sebagai contoh, ada anak kecil yang merasa telah ditipu di sekolah. Bahwa 3+4=7, 5+2=7, 6+1=7 dalam urutan hari pertemuan belajar yang berbeda harinya. Berarti untuk menilai sebuah kebenaran atas contoh si anak kecil tadi, jelaslah bahwa ada banyak kriteria untuk menentukan kebenaran tadi, tidak berdasar atas satu jalan saja untuk menilainya.
Pada bagian ahir analisis ini, dapatlah disimpulkan bahwa ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.

0 comments: