Jumat, 31 Mei 2013

Model Project Citizen (Hasil Penelitian Yang Relevan)


  1. Hasil Penelitian Yang Relevan yang berkaitan dengan penelitian model project citizen yang telah saya lakukan beberapa waktu yang lalu.
Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tentang model project citizen dan pengembangan kompetensi kewarganegaraan, diantaranya:
  1. Hasil penelitian Vontz, Metcalf dan Patrick (2000) berdasarkan hasil risetnya yang dilakukan di tiga negara antara lain Indiana, Latvia, dan Lithuania adalah untuk memperkenalkan project citizen dan keinginan untuk merubah partisipasi siswa pada pengetahuan siswa, kecakapan kewarganegaraan, dan watak kewarganegaraan (civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions). Penelitian ini dilakukan dikarenakan Project Citizen sudah digunakan diberbagai negara juga merupakan elemen penting untuk melihat keefektifitasan program ini pada negara-negara tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 102 kelas yang terbagi atas 51 kelas dengan perlakuan, dengan jumlah siswa 712 orang. Kemudian 51 kelas pembanding dengan jumlah siswa 700 orang. Analisis untuk Project Citizen tersebut dilakukan pada 102 kelas dan kurang lebih berjumlah 1.412 orang siswa yang terlibat di dalamnya. Hasil dari penelitian ini menghasilkan beberapa temuan yang sangat penting. Bahwa program Project Citizen ini berpengaruh secara positif dan signifikan khususnya dalam mengembangkan ide-ide atau pengetahuan siswa, kemudian program ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam kecakapan kewarganegaraan, dan tentunya bagaimanapun pengaruh Project Citizen terhadap watak kewarganegaraan siswa sedikit banyak konsisten. Kemudian pengaruh secara positif dan signifikan yang telah dihasilkan berkenaan dengan kecenderungan siswa untuk berpartisipasi. Program ini dilakukan tidak untuk merubah komitmen siswa terhadap konstitusi, hak dan kewajiban warga negara, toleransi politik, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, atau adanya kepentingan politik.
  2. Kenneth W. Tolo (1998) berdasarkan kegiatan assesmen yang dilakukan di seluruh Amerika Serikat terhadap program Project Citizen diperoleh temuan penting yang menunjukkan bahwa siswa dan guru sangat senang menggunakan bahan-bahan Project Citizen dan diyakini bahwa hal itu akan membantu siswa mempelajari keterampilan dan memperoleh informasi yang berguna seperti hal itu ditunjukkan 97% guru yang melaksanakan Project Citizen yang mengakui bahwa program tersebut sebagai “a good way to teach civic education.” Ada sembilan temuan yang sangat penting yakni: (1) Siswa yang menggunakan Project Citizen yakin bahwa mereka akan mendapatkan nilai tambah dalam masyarakat, (2) siswa tampak berbeda secara positif di dalam masyarakatnya sebagai dampak dari Project Citizen, (3) siswa dan guru yakni bahwa Project Citizen mengembangkan “a greater understanding of public policy,” (4) siswa dan guru yakin bahwa Project Citizen membantu siswa mempelajari bagaimana pemerintah bekerja dan mengembangkan komitmen siswa memahami masalah-masalah khusus kemasyarakatan, (6) siswa dan guru yakin bahwa Project Citizen mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok, (7) siswa dan guru yakin bahwa Project Citizen mengajarkan keterampilan komunikasi yang penting, (8) siswa dan guru yakin bahwa Project Citizen mengajar siswa keterampilan penelitian yang penting dan, (9) para siswa sangat menikmati Project Citizen.”
  3. Kokom Komalasari (2008) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran PKKn yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), pengalaman langsung (experiencing), aplikasi (applying), kerjasama (cooperating), pengaturan diri (self-regulating), asesmen autentik (authentic assessment) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa, baik civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan kewarganegaraan), civic disposition (watak kewarganegaraan).
  4. Ristina (2009) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Project Citizen (Pembelajaran Berbasis Portofolio) dalam PKn Terhadap Pengetahuan Warga Negara (Civic Knowledge). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran PKn berbasis portofolio memiliki korelasi positif dengan pengetahuan warga negara, yang merupakan pembelajaran partisipasi dan akan menumbuhkan berbagai kecerdasan dalam bentuk pengetahuan warga negara (civic knowledge), keterampilan warga negara (civic skills), watak kewarganegaraan (civic disposition) yang demokratis dan memungkinkan serta mendorong partisipasi dalam pemerintahan dan masyarakat sipil yang beradab dan mampu meningkatnya partisipasi, kreativitas, keaktifan sehingga tercapainya ketuntasan belajar siswa.
  5. Pipih Sopiah (2009) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Aplikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portofolio Terhadap Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keberhasilan aplikasi pembelajaran PKn berbasis portofoliodi sekolah-sekolah model dalam proses maupun hasil memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) para siswa baik dari dimensi watak kewarganegaraan (civic disposition) maupun dimensi komitmen/pemahaman kewarganegaraannya (civic commitment) karena secara keseluruhan berada pada kategori lebih baik/tinggi jika dibandingkan dengan pengaruh dari pembelajaran di sekolah bukan model portofolio.
  6. Enrica Yulia Nugrahaeni (2009) berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan
    menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat
    bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber
    langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain.
    Dengan diterapkannya pembelajaran portofolio di SMP N 3 Ungaran, siswa
    menjadi lebih kreatif dan kritis, ini terlihat dari kemampuan siswa memahami
    fenomena peristiwa di masyarakat, menanggapi masalah yang ada kemudian
    memecahkan masalah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Selain itu juga
    siswa lebih berani menyampaikan gagasan, siswa mampu menggali dan
    menganalisa informasi untuk dipakai membuat keputusan. Bagi para siswa dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa aktif dan kritis
    agar proses belajar berjalan dengan kondusif dan bermakna sesuai dengan
    tujuan pembelajaran. Melalui model project citizen maka masalah dan tantangan dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih banyak diketahui dan sebenarnya lebih berat dibanding dengan masalah di kelas.
  7. Hasil penelitian Kerr (1999) menunjukan bahwa secara konseptual-paradigmatik citizenship education saat ini mengembangkan strategi dasar learning democracy, in democracy, and for democracy (CIVITAS International:1998; QCA:1999; APCEC;2000). Kemudian strategi dasar ini oleh QCA(1999) dikonsepsikan sebagai suatu kontinum education about citizenship-education through citizenship-education for citizenship yang secara kualitatif bergerak dari titik Minimal (education about citizenship) ke titik Maksimal (education for citizenship). Pendidikan kewargnegaraan di Indonesia yang dalam konteks internasional dikategorikan kedalam kelompok citizenship education Asia-Afrika yang masih berada pada titik Minimal yakni education about citizenship sudah seharusnya menggunakan strategi progresif menuju titik Maksimal, yakni education for citizenship melalui titik median education through citizenship. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan sebagai suatu academic endeavor (CICED:1999).
  8. Sebagaimana yang dilaporkan dalam World Congress On Civic Education di Jakarta (23-27 Juli 2010) implementasi Project Citizen telah mengubah iklim pembelajaran dari semula content of textbook oriented menjadi project based-learning. Sistem pembelajaran yang baru jika dibandingkan sistem yang lama tampak perbedaan sebagai berikut: (1) Para siswa memperoleh berbagai pengalaman belajar (learning experience) melalui project yang dipilihnya, bukan hanya sekedar menghapal konsep dan data; (2) Para siswa belajar dalam kelompok melakukan cooperative learning, tidak hanya belajar secara individual untuk keberhasilannya sendiri; (3) Hasil belajar diperoleh siswa melalui proses inquiry, bukan semata-mata dari penjelasan guru; (4) Motivasi belajar muncul dari motivasi berprestasi (need for achievement), bukan karena dorongan guru dan orang tua.
Setelah melakukan refleksi diyakini bahwa ide dan praktik pembelajaran Civic Education yang baru itu mampu dijadikan pelecut (trigger) untuk melakukan reformasi pendidikan di China. Disamping itu juga mampu meredefinisi konsep tentang siswa. Jika sebelumnya siswa itu hanya dipandang sebagai warganegara muda yang harus melaksanakan berbagai kewajiban, sekarang mereka pun dikembangkan kemampuannya agar mampu berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Satu lagi hal yang menarik bahwa langkah-langkah, prosedur, dan jadwal kegiatan Project Citizen dapat diaplikasikan dalam pembelajaran bidang lain seperti sejarah, geografi, sastra, fisika, dan yang lainnya. Untuk tahun 2010 ini Shangxi Provincial Department of Education akan memperluas implementasi Project Citizen hingga menjangkau 2.000.000 siswa sekolah menengah. Merupakan satu contoh yang baik dimana pejabat pendidikan daerah telah demikian merasakan betapa pentingnya mendidik warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), bukan warganegara busa (sponge citizen) atau warganegara yang bandel dan membatu (stone citizen). (Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si., World Congres On Civic Education 2010 participant).
  1. Hasil studi yang dilakukan oleh Educational Testing Service (ETS) (1991), menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti program “We the People…” yang notabene menerapkan pendekatan kontekstual, menunjukkan performa yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lain dalam topik yang sama malah dengan mahasiswa universitas sekalipun. Tes yang dikembangkan oleh CCE digunakan untuk menguji penguasaan sejarah dan prinsip Konstitusi Amerika yang bahannya diambil dari Paket “We the People…” untuk kelas 11 dan 12 yang diberikan kepada siswa yang disampel secara acak dalam 117 distrik yang ada di 1 negara bagian. Hasilnya untuk kelas 11 siswa di kelas perlakuan (yang mengikuti program “We the People…”) mencapai persentase jawaban yang benar rata-rata 65% sedangkan untuk kelas kontrol (yang tidak mengikuti program “We the People…”) hanya mencapai persentase rata-rata 53%. Perbedaan yang sangat signifikan dicapai di kelas 12 yang menunjukkan penguasaan materi 70% di kelas perlakuan dan 49% di kelas kontrol.
  2. James Madison University (2006) berdasarkan hasil penelitian yang didanai oleh Departemen Pendidikan Amerika ini, bahwa kurikulum dengan paket pembelajaran “We the People…” selama kurun waktu dua tahun yaitu dari tahun 1995 hingga 1996 dan diselenggarakan pada 12 negara bagian, maka sejak saat itulah paket pembelajaran ini disebarluaskan termasuk di seluruh sekolah di Amerika Samoa, Negara Bagian Kolombia, Guam dan Puerto Rico. Dan hasilnya pada November 2006 diperkirakan 22.500 guru telah mengajarkan dan menggunakan Project Citizen terhadap lebih dari 1.400.000 orang siswa. Paket pembelajaran Project Citizen dapat membuat siswa untuk dapat bekerja sama dalam mengidentifikasi kebijakan publik yang menjadi sumber masalah dalam lingkungan sekitar siswa. Kemudian siswa dapat meneliti dan mengevaluasi permasalahan untuk dicarikan solusi alternatif, yang selanjutnya siswa dapat mengembangkan solusi yang dimiliki dan akan dijadikan dalam bentuk kebijakan publik.

0 comments: